like

Kamis, 29 Maret 2012

Sejarah Nama INDONESIA

Bismillahirohmanirrohim....

Tidak sedikit dari kita, yang tidak mengetahui sejarah nama INDONESIA...bahkan dalam pelajaran sejarah mulai SD-MA dan Perguruan Tinggi, saya sendiri tidak pernah menemui penjelasan sejarah tersebut...oleh karenanya perlu diangkat dalam blog ini, sebagai tambahan wawasan untuk kita semua...

Nama-nama yang pernah singgah di Bumi Pertiwi

Sebelum sebutan Indonesia resmi menjadi nama kepulauan tanah air kita, berbagai nama pernah singgah dalam kepulauan Tanah Air kita. Dalam catatan diare fahian tahun 414 M, perantau bangsa tionghoa yang pertama kali datang kepulau ini : Bahwa asal-usulnya nama pulau jawa itu dari syairnya Ramayana, seorang Hindu (pujangga Rakawi Walmiki) dalam bahasa sansekerta yang telah hidup antara 300 SM dimana antara lain dalam syair itu telah menguraikan “Jawa Dwipa, yang artinya : Jawa = pahala, dan Dwipa = pulau, sehingga Jawa Dwipa yang telah menjadi namanya pulau adalah membawa arti “pulau dari pahala” atau “pulau jasa“. Kemudian karena penyebutan ini Jawa Dwipa menjadi nama kepulauan Tanah Air kita. Dalam catatan perpustakaan India kuno kepulauan ini dinamai “Dwipantara“ dalam bahasa sansekerta Dwipa = pulau, dan antara = seberang/luar. Kemudian disalin dalam bahasa Majapahit menjadi “Nusantara”. Nusantara dikenal oleh para pedagang dari India, Arab, Persi dan Cina dengan sebutan Swarnadwipa (sansekerta) yang berarti “pulau emas” dan Sarondiba, Jaza ir al-Jawi (Arab).
Nusantara kemudian menjadi nama resmi kepulauan Negara kita pada masa kerajaan Majapahit (1292-1478) namun berabad-abad selanjutnya nama Nusantara tenggelam seiring runtuhnya kerajaan Majapahit, barulah pada tahun 1920-an seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang dalam sejarah sebagai Dr. Setiabudi (1878-1950) salah seorang cucu adik Multatuli, memperkenalkan nama “Nusantara”.
Nusantara semula bermakna kepulauan seberang/luar yang digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar jawa, dalam sumpahnya Gajah Mada dihadapan pertemuan agung di pendopo Majapahit yang dikenal dengan sumpah palapa “laman huwus kala Nusantara, isun amukti palapa” yang bermakna jika telah kalah pulau-pulau seberang (karena pada saat itu kerajaan Majapahit hanya meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah saja) saya menikmati palapa (istirahat).
Secara historis, kepulauan yang bermakna kepulauan seberang oleh Dr. Setiabudi diberi pengertian nasionalistis dengan mengambil kata melayu asli “antara” maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa diantara dua benua dan samudera” sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi Nusantara modern. Dr. Setiabudi mengambil nama Nusantara dari kitab Pararaton yaitu, kitab yang membahas sejarah para ratu Singosari hingga runtuhnya Majapahit (Naskah kuno zaman Majapahit tersebut ditemukan di Bali akhir abad-19, diterjemahkan J. LA Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920). Kemudian karena tahu asal-usul nama Nusantara adalah sebutan bumi pertiwi dulu dan tidak mengandung kata “India” maka dengan cepat menjadi populer dalam tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan untuk digunakan sebagai pengganti nama Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).
Sebelum nama Nusantara populer dimasa pergerakan kemerdekaan Indonesia, pernah seorang pujangga asal Belanda yang bernama Eduard Douwes Dekker (1820-1887) dengan nama samaran Multatuli menamakan Tanah Air kita “Insulinde” (kepulauan Hindia) (latin insula = pulau) dalam bukunya MAX HAVELOR tahun 1860, kemudian dipopulerkan oleh prof. P.J. Veth. Alasan multatuli memberi nama Insulinde karena jijik mendengar nama Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) yang diberikan oleh Belanda. Beliau juga menggambarkan bahwa kepulauan Negara kita laksana sabuk yang melingkari garis katulistiwa ditretes intan jamrud.

Nama Indonesia Mulai Muncul

Banyak dari bangsa-bangsa Eropa yang awam dengan benua Asia selalu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Menurut mereka daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia, Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka”, dan dataran Asia Tenggara dinamakan “Hindia Belakang” sedangkan kepulauan Tanah Air kita memperoleh nama kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, Archipel Indian), pada zaman Belanda nama resminya adalah Nederlandch Indie (Hindia Belanda).
Nama Hindia asal mulanya buatan Herodotus, seorang ahli ilmu sejarah berkebangsaan Yunani (484-525SM) yang dikenal sebagai bapak ilmu sejarah. Adapun nama Hindia ini baru digunakan untuk kepulauan ini oleh Polemeus (100-178) seorang ahli ilmu bumi terkenal, dan nama Hindia ini menjadi terkenal sesudah bangsa portugis dibawah pimpinan: Vasco da Gama mendapati kepulauan ini dengan menyusuri sungai Indus.
Kemudian pada tahun 1847 terbitlah sebuah majalah tahunan di Singapura dengan nama JOURNAL OF INDIAN ARCHIPELAGO AND EASTERN ASIA (JIAEA), dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869) seorang lulusan sarjana Edinburg (Inggris). Tahun 1849 George Samuel Windsor Earl (1813-1865) yang berasal dari Inggris pun menggabungkan diri sebagai redaksi Majalah JIAEA.
Dalam artikelnya Earl di majalah JIAEA volume 4 tahun 1850 menyatakan pendapatnya bahwa sudah tiba waktunya untuk rakyat di kepulauan melayu memiliki nama khusus (a distinctive name) sebab nama Hindia tidaklah cocok dan sering mengundang kebingungan dengan sebutan India yang lain. Dalam judul artikelnya “Embracing Enquiries Into The Continental Relations of the Indo-pacific Islanders”, Earl menamakan penduduk India Belanda bagian barat yang berasal dari Proto-Melayu (melayu tua) dan Neutero-Melayu (melayu muda) sebagai INDUNESIANS dan Earl memilih nama untuk wilayah kepulauan Negara kita dengan sebutan MELAYUNESIA (kepulauan melayu) daripada INDUNESIANS sebab MELAYUNESIANS sangat tepat untuk ras Melayu, apalagi bahasa melayu banyak digunakan diseluruh kepulauan Negara kita.
James Richardson Logan tidak sependapat dengan Windson Earl, beliau menulis artikelnya dalam majalah JIAEA volume 4 hal 252-347 dengan judul “THE ETHNOLOGY OF THE INDIAN ARCHIPELAGO” yang membahas tentang nama bagi kepulauan Negara kita yang oleh Belanda dan bangsa Eropa disebut “Indian Archipelago” yang menurut Logan sangat panjang dan membingungkan.
Melalui tulisan Logan tersebut untuk pertama kalinya nama Indonesia muncul di dunia Internasional “Mr. Earl Sugests the Ethnographical term Indonesia, but rejects in favaour of Malayunesian, I prefer the purely geographical term Indonesian, which is merely a shorter synonym for the Indian Island or the Indian Archipelago”. Selanjutnya Logan secara aktif dalam setiap karya-karya tulisannya selalu memakai nama Indonesia sehingga banyak dari kalangan ilmuwan bidang Ethnology dan Geografi yang mengikuti pendapat Logan menyebut “Indonesia” pada kepulauan kita.
Logan memungut nama Indonesia yang dibuang oleh Earl, dan huruf U (INDUNESIA) digantinya dengan huruf O agar ucapannya lebih baik, maka lahirlah sebutan INDONESIA sampai sekarang. Earl sendiri tidak suka memakai istilah “INDONESIA” dengan alasan bahwa INDUNESIA (kepulauan Indonesia) bisa juga digunakan untuk wilayah Ceylon (Srilanka) dan Maldevies (Maladewa). Earl mengajukan dua pilihan nama Indonesia atau Melayunesia pada halaman 71, artikelnya itu tertulis “…..the in habitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago Would become respectively Indonesia or Malayunesians”.
majalah JIAEA volume 4 tahun 1850, judul artikel 
“On the leading characteristict of the Papuan, Australian and 
malay-polynesian nations”
Seorang guru besar bidang ethnology universitas berlin yaitu Adolf Bastian. Mempopulerkan nama “Indonesia” dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Indonesia Ordeer Die Inseln Des Malaysichien Archipel” sebanyak lima volume. Isi dari buku-buku tersebut membahas penelitiannya ketika pengembaraannya ke Tanah Air kita, pada tahun 1864-1880.
Melalui buku bastian tersebut nama Indonesia semakin populer dikalangan sarjana, hingga pernah muncul suatu pendapat bahwa Adolf Bastian adalah pencipta nama Indonesia, pendapat yang keliru tersebut tercantum dalam “Encyclopedie Van Nederland-Indie”, tahun 1918 bahkan di Indonesia dimasukkan dalam buku sejarah kebangsaan jilid I untuk SLTP dan yang sederajat, penerbit Asia Afrika tahun 1969.
Selain Adolf Bastian prof. Van Vollen Hoven (1917) juga mempopulerkan nama “Indonesia” sebagai ganti Indisch (India) begitu juga istilah Inlander (pribumi) diganti sebutan “Indonesier” (orang Indonesia).

Nama Indonesia Menjadi Makna Politik

Sejak tahun 1850-1884 nama Indonesia telah dikenal dalam ilmu pengetahuan Indonesia. Nama Indonesia yang semula adalah istilah ilmiah dalam ethnology kemudian diambil oleh para pemimpin pergerakan nasional, sehingga istilah Indonesia berubah menjadi makna politis. Karena istilah Indonesia menjadi makna politis sebagai wujud identitas suatu bangsa yang telah bangkit dari cengkraman kolonialisme belanda yang mencapai kemerdekaannya, maka pemerintahan kolonialisme belanda selalu menaruh curiga dan mewaspadai istilah “Indonesia” itu.
Orang Indonesia yang pertama kali menggunakan nama “Indonesia” adalah Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada waktu Beliau di buang di negeri Belanda tahun 1913. Ketika di negeri Belanda, Beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama “INDONESISCHE PERS_BUREAU”. Sehingga di Rotterdam (Belanda) nama Indonesia semakin populer digunakan oleh kalangan para mahasiswa dan para ilmuwan.
Seorang mahasiswa sekolah tinggi ekonomi (Handels hooge school), yang bernama Moch. Hatta mengusulkan agar organisasinya para mahasiswa Hindia Belanda yang belajar di negeri Belanda untuk diubah yang semula bernama INDISCHE VEREENIGING yang didirikan pada tahun 1908, menjadi INDONESISCHE VEREENIGING (perhimpunan Indonesia). Begitu pula majalahnya mahasiswa Hindia Belanda semula bernama “HINDIA POETRA” diganti dengan nama “INDONESIA MERDEKA”. Alasan Moch. Hatta berinisiatif mengganti nama organisasi dan majalah dengan istilah Indonesia termuat dalam majalah Indonesia Merdeka. Bung Hatta menegaskan “……bahwa Indonesia merdeka yang akan datang mustahil disebut Hindia Belanda juga tidak Hindia saja. Sebab dapat menumbuhkan kekeliruan dengan India yang asli bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik karena melambangkan dan mencita-citakan suatu Tanah Air di masa depan, dan untuk mewujudkanya tiap orang Indonesia akan beusaha dengan segala tenaga dan kemampunya di dalam negeri.”
Di dalam negeri berbagai organisasi pun muncul dengan sebutan Indonesia. Tercatat tiga organisasi yang pertama kali menamakan organisasinya dengan memakai sebutan “INDONESIA” .
  1. Organisasi Indonesische Studie Club tahun 1924 didirikan oleh Dr. Soetomo
  2. Organisasi Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1924
  3. Organisasi INDONESISCHE PANVINDERIJ (NATIPIJ) tahun 1924, Organisasi kepanduan Nasional yang didirikan oleh Jong Islami Ten Bond.

Penetapan Nama Indonesia

Sebutan INDONESIA semakin populer di dalam negeri dalam berbagai gerakan-gerakan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh Nasional setelah nama “INDONESIA” dinobatkan sebagai nama Tanah Air, Bangsa dan Bahasa pada “kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia” pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian disebut “SOEMPAH PEMOEDA”.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; Parlemen Hindia Belanda) Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjodjo, dan Sutardjo Karto Hadi Kusumo, mengajukan mosi kepada pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “NEDERLANDSCH-INDIE” (Hindia Belanda) tetapi Belanda menolak mosi ini. Segala usaha terus dilakukan untuk mengganti didalam perundang-undangan sebutan “NEDERLANDSCH-INDIE” dengan INDONESIA; dan INBOORLING, INLANDER, INHEEIMSCHE dengan INDONESIER tetapi selalu mengalami kegagalan, dimana pihak koloni Belanda selalu mendasarkan keberatannya atas dasar pertimbangan “Juridis”. Nama Indonesiers hanya boleh dipakai secara resmi dalam surat menyurat saja (Surat Edaran 10 Oktober 1940).
Sebutan “Hindia Belanda” lenyap ketika bala tentara Jepang menduduki Tanah Air Kita pada tanggal 8 Maret 1942 dan berganti sebutan “TO-INDO” (India Timur). Tidak lama bala tentara Jepang menduduki Tanah Air kita, tentara sekutu menghancurkan kekuasaan Jepang. Lalu pada tanggal 17 agustus 1945 muncul lebih kuat dengan dicantumkannya dalam proklamasi bangsa Indonesia, dan pada tanggal 18 Agustus 1945, berdirilah Negara Republik Indonesia.

semoga manfaat...

Alhamdulillahirobbil'alamin....


Cintai INDONESIA dengan segenap jiwa raga...
»» lanjutkan..

N.K.R.I adalah Harga MATI

Bismillahirohmanirrohim......


BELA KEUTUHAN BANGSA DAN N.K.R.I


  1. Sejak zaman Rosululloh SAW sampai sekarang tidak ada negara Islam. Pada zaman Rosululloh yang ada negara madinah, bukan negara Islam. Didalam Al Qur-an sendiri tidak ada yang menerangkan tentang negara islam, yang ada negara Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (QS. Saba' : 15) 
  2. Didunia ini tidak ada negara yang disandarkan kepada Tauhid, kecuali negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) (a). Batang tubuh UUD 1945 bab 11 judul agama, pasal 29 ayat 1 : "Negara berdasar ketuhanan yang maha esa". (b). Dalam pancasila sila pertama: "Ketuhanan yang maha esa". Dan hanya NKRI-lah satu satunya negara didunia yang sudah sesuai dengan Al Qur-an.
  3. Sumpah jabatan mulai dari atas sampai bawah juga disandarkan kepada Alloh : "Demi Alloh" (UUD 1945 bab 3 judul kekuasaan pemerintahan negara, pasal 9 ayat 1) 
  4. Kemerdekaan bangsa indonesia juga disandarkan kepada "Atas berkat Rohmat Alloh yang maha kuasa".(pembukaan UUD 1945 alinea 3) Maha kuasa itu sifatnya dinamis, maha esa itu sifatnya statis. Atas berkat Rohmat Alloh yang maha kuasa inilah mahkotanya bangsa indonesia, dan berkat Rohmat itu asalnya dari kalimat Bismillaahirrochmaanirrochiim. 
  5. Dalam lambang burung garuda, sila pertama dalam pancasila "Ketuhanan yang maha esa" dilambangkan bintang, warnanya kuning keemasan yang kilau kemilau, ini mengandung makna Nur Cahyo atau istilah Al Qur-an "Nuurun 'ala nuurin", dan bintangnya itu sudutnya ada lima, maksudnya untuk menerangi : 
  • Dasar negara yang lima. (pembukaan UUD 1945, alinea ke 4) 
  • Sifat negara yang lima. (pembukaan UUD 1945, alinea ke 2) 
  • Tujuan negara yang lima. (pembukaan UUD 1945, alinea ke 4)

Alhamdulillahirobbil'alamin......
»» lanjutkan..

Fakta : Indonesia Memiliki 8 Presiden.....


Bismillahirohmanirrohim...

Salah Kaprah Sejarah Jumlah Presiden RI

Selama ini kita mengenal bahwa Indonesia memiliki 6 Presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan sekarang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), benarkah...????? 
Namun, menurut sejarah, sebenarnya Indonesia memiliki lebih dari 6 Presiden, tepatnya 8 Presiden. Tidak percaya..????
Coba perhatikan fakta-fakta berikut ini: 

1. Pemerintahan Darurat RI
Pada 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno dan Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.

Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan agar dibentuk pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI, atau lebih dikenal dengan PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia).
Sjafrudin Prawiranegara
Padahal, saat itu Soekarno - Hatta telah mengirimkan telegram yang berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra".
Sayang, telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatera Mr. T.M. Hasan menyetujui usul itu "demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi syarat internasional untuk diakui sebagai negara".
Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI "diproklamasikan" . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang. Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik Indonesia. 

2. Republik Indonesia Serikat
Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain. Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik Indonesia.
Assaat
Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat penting. Kalau tidak ada, RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. Namun, dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan!  
demikianlah dolorrrr.......Jadi, dari fakta tersebut bisa disimpulkan bahwa Indonesia memiliki 8 Presiden, bukannya 6 seperti yang kita sangka selama ini...


demikian coretan hari ini....
bila ada yang kurang setuju.....kata So'imah MASALAH BUAT LOW....
hihihihihihi........pisss pakdhe-budhe......sambil nyruput kopi lan rokok-e .......

alhamdulillahirobbinl'alamin...

sumber bacaan :
»» lanjutkan..

Senin, 26 Maret 2012

Pesan " IQRA' "





Bismillahirohmanirrohim....
BACALAH DAN TULISLAH........!
 
Sobat...sobit.......sesungguhnya, menulis adalah 'anak kandung' membaca. Dengan banyak membaca banyak pula hal yang dapat kita tulis. Ibarat bercocok tanam, membaca adalah proses menanam, sedangkan menulis adalah buahnya. Kebangetan deh kalo kita nggak ingat dengan perintah pertama yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya di gua Hira? (QS Al-Alaq ayat 1-5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (pena/pulpen). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Iqra’ atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Kata ini begitu pentingnya, hingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama.
Keinginan manusia untuk menuliskan sesuatu yang ada dalam benaknya adalah fitrah. Sejak jaman dahulu kala, kegiatan baca tulis sudah berlangsung. Sekitar 4000 tahun sebelum Masehi, Bangsa Sumeria yang tinggal di lembah Sungai Tigris dan Eufrat merupakan bangsa yang pertama kali menciptakan tulisan. Bentuk tulisannya segi tiga seperti paku. Media yang dipake buat nulis bukan kertas (apalagi kertas print-out komputer) tapi lempengan tanah liat lunak lalu dijemur. Isi naskahnya pun macam-macam, ada perjanjian bisnis (ingat perintah Allah untuk menuliskan hutang piutang dalam QS al-Baqarah 282), ada kalender pertanian, ada resep obat sampai peraturan atau hukum. Wuiihh……..canggih, ya?
Seiring perkembangan budaya, bangsa lain pun mengenal aktivitas tulis menulis ini. Karenanya ada tulisan paku dari Bangsa Assyria, goresan naskah Bangsa Hittite, tulisan Hieroglif dari Bangsa Mesir dan juga guratan serupa dari Bangsa Indian Aztec, Maya dan Inca di Amrik Selatan dan Tengah. Dan jangan lupa, banyak lho prasasti (batu bertulis) yang ditemukan para arkeolog di negeri kita. Misalnya Prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai, Kalimantan; Prasasti Purnawarman dari Kerajaan Taruma, Jawa Barat; Prasasti Dinoyo dari Jawa Timur, Prasasti Kedukan Bukit dari Kerajaan Sriwijaya dan masih banyak lagi.... Dari kegiatan tulis menulis ini, sekarang kita semua menikmati hasilnya yang asyik. Ada buku tulis berbagai merek dan bentuk, ada disket, ada microfilm, ada e-mail, ada powerbook dan masih banyak lagi. Semua penemuan alat tulis ini memudahkan dan memanjakan sohib semua. Nggak kebayang kan kalo bikin catetan sekolah aw (atau, dari bhs. Arab) kuliah, sobat sobit ngegembol lempengan tanah liat atau batu. Bisa terseok-seok deh jalannya, emangnya truk pengangkut bahan bangunan? wkwkwkwkwkwk
 Sesungguhnya menulis adalah \'anak kandung\' membaca. Janganlah sobat sobit mengartikan membaca secara sempit. Sesungguhnya, ia memiliki arti luas. Disini, membaca tidak hanya melibatkan organ tubuh yang disebut mata (plus kacamata bagi yang udah nggak sempurna). Tetapi terlibat juga organ telinga dan \'hati\'. Seperti yang terdapat dalam firman Allah
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)...." (QS &:179)
Nah, udah tahu kan ternyata modal membaca nggak cuma mata. Betapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang bisa kita tarik hikmahnya bila kita memanfaatkan mata, telinga dan hati. Misalnya, keteraturan gerak benda-benda langit menunjukkan, ketaatan pada hukum Allah akan membawa ketentraman sejak jaman mereka diciptakan sampai nanti tibanya masa kiamat. Karena mereka patuh kepada Allah, nggak pernah kan terjadi tawuran, demonstrasi antar benda langit? Disana nggak pernah terjadi saling rusak karena ingin memamerkan kekuatannya dan ingin menundukkan benda lain. Iya kan?
Makanya, taatlah kepada aturan Allah, dijamin bahagia.... Sesungguhnya, menulis adalah \'anak kandung\' membaca. Siapa pun tahu kalo menulis mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan berbicara. Yaitu:
1.       Pesan yang disampaikan lebih akurat sesuai dengan keinginan si penulis.
2.       Lingkup jangkauannya lebih luas apalagi jika diedarkan ke seluruh dunia.
3.       Jangka waktu penyampaian pesan lebih lama sesuai dengan keberadaan si tulisan.
Menyadari manfaat menulis yang sedemikian besar, sejarah Islam dihiasi oleh aktivitas tulis menulis yang luar biasa. Karena itulah Khalifah Utsman ra menghimpun dan membuat standar mushaf al-Qur'an sehingga kaum muslimin di seluruh dunia hingga hari kiamat dapat membaca kitab sucinya dalam satu versi. Karena itulah Imam Bukhari merintis penulisan kitab Shahihnya agar kaum muslimin dapat mengetahui hadits Rasulullah saw. Karena itulah Imam At-Tabari menyusun kitab Sirahnya agar kaum muslimin meneladani perihidup Nabi Muhammad saw. Dan karena itu pula Lukman Latahzan menerbitkan Blognya untuk Berbagi Ilmu. xixixixixi (promosi). Pokoknya, kalo mau diuraian seluruh karya tulis umat Islam, waahh....nggak sanggup, deh!
Ngomong-ngomong, ada lho kegiatan menulis yang dilaknat oleh Allah. Apa, ya?
"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (QS 2: 79)
Banyak lho perbuatan menulis yang haram. Pasti deh sohib semua tahu. Yap...segala yang mengundang kepada perbuatan keji dan mungkar itu haram ditulis. Wah, kalo gitu, buku itu amat penting dong bagi kehidupan kita. Betul sekali! Seluruh gerak gerik yang terjadi di alam semesta ini tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Baca deh QS:6 ayat 59. Dan khusus buat manusia, dia selalu berhubungan dengan penulisan dan buku. Buku yang mana tuh? Kelak di Yaumil Hisab (Hari Perhitungan) seluruh manusia - muslim aw kafir- akan mendapat buku. Gratis, akurat banget tapi dahsyat. Buku catatan ini akan menentukan tempat kita, surga or neraka. Biar manteb (pake b), simak kitab al-Qur'an-mu, lengkapnya di QS 17:71; QS 39:69; QS 45:28-29; QS 50: 16-17; QS 54: 52; QS 69:25; QS 78: 29; QS 84: 7 & 10. Sesungguhnya, menulis adalah 'anak kandung' membaca. Jadi, banyaklah membaca bacaan yang diridhoi-Nya lalu menuliskannya biar kamu tambah pinter dan tambah menyebar dakwahnya.
Demikianlah pesan Iqra’ yang merupakan syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah mengherankan jika ia menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia…..
Dan jangan lupa….tinggalkan komentar untuk Blog ini, biar bisa lebih manfaat.hihihihii
Alhamdulillahhirobbil’alamin……

Sumber bacaan :
1.       Membumikan Al-Qur’an (Quraish Shihab)
2.       Artikel Islami (Mbak Welly)

»» lanjutkan..