bismillahirohmanirrohim.....
Manusia Sebaik-baik Penciptaan
(QS At-Tiin: 4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan manusia
diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, ahsanu
taqwim. (bisa dilihat contohnya difoto disamping..hehehehe).
Maksudnya, manusia diciptakan dalam tampilan dan sosok fisikal yang sedemikian
rupa memenuhi standar dan syarat untuk bisa menjalani kehidupannya di dunia
yang penuh tantangan ini.
Ini artinya, manusia diciptakan dengan memenuhi standar kelayakan
untuk mampu menjalani kehidupan, yakni diberi organ tubuh yang lengkap dan
sehat sebagaimana lazimnya. Bahasa teknisnya, manusia lahir ke dunia dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani. Jadi, yang dimaksud dengan ahsanu taqwim bukanlah berkaitan dengan
persoalan estetika erotis: cantik, tampan, langsing, atletis,(Gue
Bangeett….hihihihi) dan sejenisnya.
Masalah cantik, tampan, dan seterusnya tergantung dari bahan mentahnya (kayak krupuk aja…). Lantas mengapa
kita tidak jarang menjumpai anak-anak yang lahir dalam keadaan tidak normal,
lahir tidak sebagaimana lazimnya? Misalnya, lahir cacat fisik, cacat mental,
dan semacamnya? Siapakah yang salah? Tuhankah….,??? dengan pertimbangan Dia
sebagai Khalik (Pencipta)? Jika memang Tuhan, berarti Dia menyalahi karakter azali-Nya untuk menciptakan manusia hanya dalam
sebaik-baik bentuk.
Untuk meneropong masalah ini, ada baiknya jika merujuk pada
disiplin Ulumul Quran. Menurut Hamim Ilyas, doktor Ulumul Quran dari IAIN Sunan
Kalijaga, ketika Tuhan, di dalam Alquran, mengidentifikasi suatu perbuatan yang
merujuk pada-Nya dengan kata ganti 'Kami' (Nahnu, Inna, dan sejenisnya), pola
seperti itu menunjukkan bahwa di dalam proses perwujudan perbuatan tersebut ada
keterlibatan pihak (subjek) lain, bukan hanya aktivitas Dia sendiri.
Misalnya, ketika Tuhan menyatakan, 'Sesungguhnya Kami (Inna) yang
menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kamilah yang akan menjaganya', mengandung
pengertian bahwa bukan Tuhan sendirian yang aktif menjaga Alquran, tetapi
melibatkan pihak lain. Pihak lain itu bisa saja para penghafal Alquran, ulama,
kiai, dan umat Islam pada umumnya.
Begitupun halnya ketika Tuhan mengidentifikasi dengan kata 'Kami'
dalam hal penciptaan manusia, ''Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam
sebaik-baik bentuk.'' (At-Tiin: 4). Ayat ini menunjukkan adanya pola kerja sama
antara Tuhan dan makhluk-Nya di dalam proses terwujudnya perbuatan tersebut
(menciptakan manusia). Jadi, ahsanu taqwim
kita bukanlah semata-mata hasil kerja Tuhan sendiri, kun fayakun, jadilah indah
(ahsanu taqwim)! Ada keterlibatan/peran kita di dalam prosesnya (bahan, cara,
waktu, posisi,hihihi..dll ).
Manusia ikut berperan dalam menentukan indah atau tidak bentuk
ciptaan Tuhan atas manusia. Dan, Tuhan tidak pernah salah! Mengapa anak-anak
lahir cacat? Banyak faktor manusiawi yang melatarinya, misalnya, karena orang
tuanya suka berganti pasangan sehingga tertular penyakit kelamin; karena orang
tuanya tidak menjaga kesehatan tubuhnya saat mengandung; karena pemerintah
menoleransi perzinahan dan pelacuran; karena pemerintah tidak memperhatikan
kesehatan kaum perempuan. Kesehatan kelamin, kesehatan fisik kaum perempuan
(yang hamil), sangat berpengaruh bagi terwujud atau tidaknya ahsanu taqwim.
Wallahu a'lam....
semoga bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar